Minggu, 20 Februari 2011

JENIS ISIM: MU’ROB DAN MABNI

المعربات و المبنيات من الاسماء

JENIS ISIM: MU’ROB DAN MABNI

A. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

1. Definisi Isim

2. Karakteristik Isim

3. Klasifikasi isim

4. Definisi Mu’rob

5. Klasifikasi Isim Mu’rob

6. Definisi Mabni

7. Klasifikasi Isim Mabni

B. PENDALAMAN MATERI

1. Definisi Isim

Dari pengarang buku Audhohul Manahij, Agus Shohib Khoironi, mengatakan bahwa isim adalah: ما دل على معنى من ذات أو صفة غير مقترن بزمان معين, ‘suatu kata yang menunjukkan atas suatu dzat (nama manusia, hewan, tanaman atau dzat lain) atau sifat (isim fail, isim maf’ul, isim sifat musyabbihah, isim tafdhil, isim ta’ajjub) tanpa disertai dengan masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang, atau mendatang)[1]

Pensyarah alfiyah Ibn Malik, Ibnu Aqil, mengatakan, isim adalah:

...إن دلت على معنى في نفسها غير مقترنة بزمان فهي الاسم...

‘bila kalimat itu mengandung arti untuk sendirinya dan tidak disertai dengan pengertian yang menyangkut masa’[2]

Dari definisi tersebut, lafadz yang semisal dengan أمس (menunjukkan waktu: ماض, غدا ) itupun termasuk ke dalam kategori isim, karena lafadz tersebut menunjukkan makna yang berupa waktu, bukan waktunya yang menyertai pada makna aslinya.

Yang pula masuk pada kategori isim adalah kata صبوح (minum di waktu pagi), kata عبوق (minum diakhir hari), dan kata القيل (minum disiang hari), karena walaupun kata-kata tersebut menunjukkan makna dan disertai dengan zaman, namun zaman yang menyertainya besifat general, tidak diketahui apakah zaman itu zaman madhi (lampau), hal (sekarang) atau istiqbal (mendatang). – buku Taswiqul Khilan hal. 16.[3]

Begitu pula isim fa’il dan isim maf’ul yang merupakan salah satu sifat, juga termasuk dalam kategori ini karena keduanya menunjukkan makna (subjek dan objek suatu perbuatan) dan disertai zaman namun tidak secara wadho’ (sengaja) melainkan secara luzum (suatu keniscayaan).

2. Karakteristik Isim

Pedoman untuk mengidentifikasi suatu kata bisa disebut isim, adalah:

1. Jar

Yaitu kata tersebut berada pada keadaan dibaca jar, baik karena:

a. Huruf jar (al-majrur bi al-harf), yang berjumlah 20 (min, ila, hatta, khala, hasya, ‘ada, fi, ‘an, ‘ala, mudz, mundzu, rubba, lam, kay, wawu, ta, kaf, ba, la’alla, dan mata), contoh:

في البيت هرٌّ, على المكتبِ كتابٌ, لزيدٍ سيارةٌ

b. Tarkib idhofi (al-majrur bi al-idhofah), contoh:

هذا كتابُ زيدٍ, ذلك قلمُ عليٍّ, هذا خاتمُ حديدٍ

c. Tarkib washfi (al-majrur bi al-na’t), contoh:

مررت بغلام زيدٍ الفاضلِ[4]

2. Al

Yaitu dalam kata tersebut terdapat al (alim-lam), baik sebagai tambahan (zaidah) ataupun sebagai tanda ma’rifat. Contoh:

المدرسة كبيرةٌ, هذا القلم جديدٌ, رأيت السيارةَ

3. Perangkat nida (panggilan)

Yaitu kata tersebut mengekor pada salah satu perangkat nida (panggilan). Contoh: يا زيدٌ, يا أبَا هريرةَ, يا نارُكوني بردًا

4. Tanwin

Yaitu pada huruf akhir kata tersebut berupa tanwin //_ٍ(bentuk nakiroh), hal ini ketika kata tersebut (isim) tidak terdapat al (bentuk ma’rifat), jadi dengan kata lain tanwin adalah opposite dari al. tanwin sendiri adalah bentuk dari nun mati yang verbal (dalam bentuk ucapan saja tidak dalam bentuk tulisan) contoh: هذه إمرأةٌ, رأيتُ سقفاً, مررتُ بخنزيرٍ[5]

Secara terinci, tanwin ada beberapa macam:

a) Tanwin tamkin, yaitu tanwin yang terdapat pada isim mu’rob munshorif, seperti: نهرٌ, سماءٌ, مكتبٌ, ومثله

b) Tanwin tankir, yaitu tanwin yang terdapat pada isim mabni, dan bertujuan untuk membedakan antara isim mabni yang ma’rifat dan yang nakiroh, contoh: مررتُ بسبويهِ وبسبويهٍ أخر

c) Tanwin muqobalah, yaitu tanwin yang ada pada jamak muannats salim, sebagai perbandingan dari nun yang ada pada jamak mudzakar salim, contoh:مسلماتٌ, مؤمناتٌ, مشركاتٌ

d) Tanwin iwadl, yaitu tanwin yang menggantikan jenis lain. Tereduksi lagi menjadi:

1. Tanwin iwadl ‘an al-harf (menggantikan huruf yang terbuang/tersimpan). Tanwin jenis ini biasa ditemukan pada isim ghoir munshorif, berupa shighot muntaha al-jumu’, contoh: غواشٍ, جوارٍ, أمانٍ dari aslinya: غواشيَ, جواريَ, أمانيَ

2. Tanwin Iwadl ‘an al-ism (menggantikan mudhof ilaih yang tersimpan). Biasa ditemukan pada lafadz كلٌّ dan بعضٌ, contoh:

قل كلٌّ يعمل على شاكلتهِِ aslinya قل كلُّ إِنْسَانِ يعمل على شاكلته

3. Tanwin iwadl ‘an al-jumlah (menggantikan kalimat yang berkedudukan sebagai mudhof ilaih). Biasa ditemukan pada lafadz “إذْ”, contoh:

وَأَنْتُمْ حِيْنِئذٍ تَنْظُرُوْنََ aslinya وَأَنْتُمْ حِيْنَ إِْذْبَلَغَتِ الرُّوْحُ الْحُلْقُوْمَ تنَْظُرُوْنَ

4. Tanwin ‘iwadl ‘an al-jumal (menggantikan beberapa kalimat yang dibuang). Biasa ditemukan pada pada lafadz “إذْ” seperti pada ayat:

يومئذٍ تحدث أخبارها aslinya يوم إذ زلزلت الارض زلزالها وأخرجت الارض أثقالها زقال الانسان مالها تحدث أخبارها[6]

e) Tanwin Dhoruroh, yaitu tanwin yang ada bertemu munada (lafadz yang dipanggil) yang mabni, baik yang rofa’ maupun yang nashob. Contoh:

Mabni rofa’ : سَلاَمُ اللهِ يَا مَطَرٌ عَلَيْهَا () وَلَيْسَ عَلَيْكَ يَا مَطَرَ السَّلاَمِ

mabni nashob : يا عديا لقد وقتك الاواقي[7]

f) Tanwin ziyadah, atau biasa disebut juga tanwin munasabah, yaitu tanwin yang ada pada isim ghoir munshorif dengan tujuan untuk penyerasian dengan kalimat setelahnya. contoh: سلاسلاً وأغلالاً, imam nafi’ (salah satu imam tujuh bacaan al-quran yang diakui) membaca tanwin pada lafadz سلاسلا, padahal lafadz ini berupa sighot muntaha al-jumu’ yang tidak bisa menereima tanwin, hal ini untuk menyerasikan dengan lafadz setelahnya.

g) Tanwin Taksir, atau juga disebut tanwin hamzi atau tanwin syadz, yaitu tanwin yang ada pada sebagian isim mabni, dengan faidah menunjukkan arti banyak, contoh: هَؤُلاَءٍ قَوْمُكَ mereka (orang banyak) adalah kaummu

h) Tanwin Hikayah, yaitu tanwin yang ada pada isim ghoir munshorif dengan tujuan untuk menceritakan hikayat (kejadian asal) sebenarnya.[8]

Contoh: ضَارِبَةٌ وَزْنُ فَاعلِةَ,ٌ مِضْرَابٌ وَزْنُ مفِعْاَلٌ

Kedua kata yang bergaris bawah adalah isim ghoir munshorif (dikarenakan adanya dua illat penyebab terbuangnya tanwin yaitu alam jins dan ta’ nits) namun karena untuk menjelaskan bahwa mauzun tersebut ikut pada wazan yang kebetulan bertanwin maka didatangkanlah tanwin.

i) Tanwin Tarannum, yaitu tanwin yang terdapat pada akhir bait syair (qofiyah) muthlaqah (hidup) yang bunyinya diperpanjang dengan huruf illat seperti:

أَقِـــــلّي اللَّوْمَ عَادِلْ وََاْلِعتَابَنْ وَقُوْلِيْ إِنْ أَصَبَتْ لَقَدْ أَصَابَنْ

أزف الترحل غير أنً ركابنا لمـــا تزل برحالنا وكأن قدنْ

“Wahai wanita pencela, tinggalkanlah perbuatan mencelamu (karena) aku tidak akan pernah mendengarkan yang ku inginkan, maka yang terbaik bagimu adalah mengakui kebenaran apa yang aku lakukan”

“Telah dekat waktu untuk berangkat, hanya saja kendaraan kami belum berangkat, seakan-akan waktu perpisahan telah terjadi” (Jarir bin Athiyyah)

j) Tanwin ghali, yaitu tanwin yang ada pada akhir bait yang muqayyadah (mati). Hal ini dibuktikan oleh Imam al-Akhfasy, seperti perkataan penyair:

َوقَاتِمِ اْلأَعْمَاقِ خَاِويَ الْمُخْتَرِقَنْ مُشْبِهِ اْلاَعْلاَمِ لَمَّاعِ الْخَفْقَنْ

“Banyak sekali tempat yang tak seorang pun dapat menempuh dan menemukannya karena banyaknya keserupaan dengan tempat lain dan tidak jelas tentang keberadannya. Namun untaku ternyata mampu menempuh dan menemuknnya.” (Ru’bah bin Ujaj)

قَالَتْ بَنَاتُ العَمِّ سَلْمىَ وَإِنِـــــنْ كَانَ فَقِيْرًا مُعْدِمًــــــا وَإِنَِنْ

“Anak-anak perempuan paman berkata: wahai salma, jika ia seorang fakir miskin, salma menjawab: sekalipun ia fakir miskin”

Namun, perlu dicermati bahwa jenis tanwin yang menjadi karakteristik dari kata isim adalah tanwin a) hingga d). sedangkan yang e) dan f) dapat memasuki pada kata isim, fi’il, dan huruf.[9]

5. Musnad ilaih

Yaitu bila dalam suatu kalimat, secara gramatikal kata tersebut berkedudukan sebagai musnad ilaih (sesuatu yang dikenai hukum pembicaraan/ objek kalam). Yang termasuk dalam musnad ilaih adalah sebagai berikut:

a) Mubtadâ

b) Fâ’il

c) Nâib ‘an al-fâ’il

d) Isimnya kâna al-naqishoh dan akhowâtnya

e) Isimnya inna dan akhowâtnya

f) Isimnya la al-nafiyah li al-jinsi

g) Isimnya huruf-huruf yang beramal seperti amalnya laisa

3. Klasifikasi Isim

Klasifikasi isim dapat didasarkan pada sudut pandang dan kajian berikut:

a. Menurut tampak dan tersembunyinya isim

1. Isim Dzohir

2. Isim Dhomir

a) Menurut tersambung dan terpisahnya dhomir

­ Dhomir Muttashil

­ Dhomir Munfashil

b) Menurut bentuk dhomir

­ Dhomir Bariz

­ Dhomir Mustatir

c) Menurut kedudukan I’robnya

­ Marfu’ [dibaca rafa’]

­ Mansub [dibaca nashob]

­ Majrur [dibaca jar]

b. Menurut asal muasal terbentuknya isim

1. Isim Jamid [kata pokok]

a) Jamid dzati

b) Jamid Ma’nawi

2. Isim Musytaq [kata konjugasi/derivasi]

a) Isim Fa’il

b) Isim Maf’ul

c) Shighot Mubalaghoh

d) Sifat Musyabbihah

e) Masdar Mim

f) Isim Zaman

g) Isim Makan

h) Isim Alat

i) Isim Tafdhil

c. Menurut jenisnya

1. Isim Mudzakkar [maskulin]

a) Mudzakkar Haqiqi

b) Mudzakar Majazi

2. Isim Muanntas [feminine]

a) Muannats Haqiqi

b) Muannats Majazi

c) Muannats Ma’nawi

d) Muannats lafdzi

d. Menurut jenis huruf akhir

1. Isim Shohih

2. Isim Maqsur

3. Isim Manqush

4. Isim Mamdud

e. Menurut jumlahnya

1. Isim Mufrod [kata benda tunggal/ singular]

2. Isim Mutsanna/Tatsniyah [kata benda dua/ dual]

3. Jamak [kata benda banyak/ pural]

a) Jamak taksir

b) Jamak mudzakkar salim

c) Jamak muannats salim

f. Menurut spesialisasinya

1. Isim Nakiroh [general]

2. Isim Ma’rifat [special]

a) Isim Dhomir

b) Isim Alam

­ Menurut dilalahnya [makna tunjuk]

v Alam Asma

Ø Mufrod

Ø Murokkab

§ Murokkab Idhofi

§ Murokkab Isnadi

§ Murokkab Majazi

v Alam Kuniah

v Alam Laqob

­ Menurut objeknya

v ‘Alam syakhs [personal]

v ‘Alam ghoir syakhs []

v ‘Alam jins [general]

c) Isim Isyaroh

­ Qorib [dekat]

­ Ba’id [jauh]

d) Isim Maushul

­ Jumlah [kalimat]

v Jumlah fi’liyah

v Jumlah ismiyah

­ Syibh Jumlah [menyerupai kalimat]

v Jar wa majrur

v Dzorof

e) Isim yang dimakrifatkan dengan al

­ Al li al-‘ahdiyyah

v Al-‘ahdi al-dzikri

v Al-‘ahdi al-hudhuri

v Al-‘ahdi al-dzihni

­ Al-jinsiyah

­ Al-istighroqiyah

­ Al-bayaniyah

f) Isim yang dimudhofkan dengan salah satu isim diatas

g) Munada[10]

g. Menurut sifatnya yang dapat menerima tanwin

1. Isim munshorif

2. Isim Ghoir munshorif

h. Menurut Nisbatnya

i. Menurut Tashghir

j. Menurut jumlah huruf

1. Isim Mujarrod [kata benda biasa]

2. Isim Mazid [kata benda tambahan]

k. Menurut perubahan huruf akhir

1. Isim Mu’rob

2. Isim Mabni

4. Definisi Isim Mu’rob

Menurut kitab Audhoh al-Manahij, isim mu’rob adalah ما تغير حال حركة حرف أخره لاختلاف العوامل الداخلة عليه لفظا أو تقديرا ‘berubahnya keadaan huruf akhir dari suatu kata disebabkan amil [factor-faktor] yang mempengaruhinya baik secara eksplisit [lafdzon] atau implisit [taqdiron]’.[11]

Menurut ibn Aqil, isim mu’rob didefinisikan sebagai isim yang terbebas dari keserupaan dengan huruf. ما سلم من شبه الحرف[12]

Sejenis dengan istilah ini, adalah I’rob yaitu perubahan harokat huruf akhir suatu kata [isim, f’il, harf] karena pengaruh dari suatu amil tertentu. تغيير حركة حرف الاخر من كلمة لاختلاف العوامل الداخلة عليها

5. Klasifikasi isim mu’rob

Sebelum masuk pada klasifikasi isim mu’rob, perlu diketahui tentang tanda-tanda [‘alamat] yang menyertainya:

1. Tanda asli [dengan harokat]

a. Dhommah : untuk I’rob rafa’

b. Fathah : untuk I’rob nashob

c. Kasroh : untuk I’rob jar

d. Sukun : untuk I’rob jazem

2. Tanda pengganti [dengan huruf]

a. Alif : untuk I’rob rafa’

b. Wawu : untuk I’rob rafa’

c. Ya : untuk I’rob nashob dan jar

d. Tetapnya Nun [tsubut] : untuk I’rob rofa’

e. Terbuangnya [hadzf] nun : untuk I’rob nashob dan jazem

Secara global, klasifikasi I’rob ada empat macam, yaitu:

1. I’rob rofa’

2. I’rob nashob

3. I’rob jar

4. I’rob jazem

Lebih lanjut, i’rob rofa’ dan nashob dapat masuk pada fiil dan isim (i’rob musytarok) sedang jer dan jazem adalah i’rob mukhtas (jer khusus pada isim dan jazem khusus pada fiil).

Secara khusus, yang akan dibicarakan adalah I’robnya isim, yang mencakup: rofa’, nashob, dan jar.

1. Rofa’

Tanda-tanda khususnya meliputi:

a. Dhommah, terdapat dalam:

ü Isim mufrod: جاء رسولٌ

ü Jamak taksir :ُ قام القوم

ü Jamak muannats salim : جلستْ المسلماتُ

b. Alif, terdapat dalam:

ü Isim mutsanna/ tatsniyah : هذانِ كتابَان

c. Wawu, terdapat dalam:

ü Jamak mudzakkar salim: هُمْ المسلموْن

ü Asma khomsah : وَحَضَرَ ذو مالٍ جاء أبوك وأخوك و حموك وهذه فوك

2. Nashob

Tanda-tanda khususnya meliputi:

a. Fathah [tanda asli], terdapat dalam:

ü Isim mufrod : رأيتُ بكراً

ü Jamak taksir: أكلتُ الرزَّ

b. Ya, terdapat dalam:

ü Isim mutsanna: رأيتُ المسلمينِْ

ü Jamak mudzakkar salim: رأيتُ المسلميْنَ

c. Alif, terdapat dalam:

ü Asma khomsah [isim lima]: إنَّ أباك وأخاك وحماك ماهر في كرة القدم وإن فاك صغيرةُ و إنّ ذامالٍمسرورٌ

d. Kasroh, terdapat dalam:

ü Jamak muannats salim: رأيتُ المسلماتِ

3. Jar

Tanda-tanda khususnya meliputi:

a. Kasroh [tanda asli], terdapat dalam:

ü Isim mufrod : مررتُ بزيدٍ

ü Jamak muannats salim : مررتُ بالمسلماتِ

b. Ya, terdapat dalam:

ü Isim mutsanna : مررتُ بالمسلميْنِ

ü Jamak mudzakkar salim : مررتُ بالمسلميْنَ

ü Asma khomsah : مررتُ بأبيك وأخيك و حميك و نظرت إلى فيك وإلى ذي مالٍ أمامه سيارة

c. Fathah, terdapat dalam:

ü Isim ghoir munshorif : مررتُ بفاطمةَ, أَماَمَ إبراهيمَ كلبٌ كبيرٌ

6. Definisi Isim Mabni

Dinukil dari buku maqoshid nahwiyyah, bina’ adalah:

البناء هو لزوم أواخر الكلم حالة واحدة لغير عامل واعتلال

Bina’ adalah tetapnya akhir kalimat pada satu keadaan bukan karena amil atau proses I’lal.

Definisi dari al-Gholayaini, menyebutkan:

المبني هو ما يلزم أخره حالة واحدة فلا يتغير وإن تغيرت العوامل التي تتقدمه كهذه وأين ومن وكتب واكتب

Semakna dengan definisi diatas adalah mabni yang selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut, karena term ini lazim dan digunakan dalam buku-buku nahwu, sedang term “bina” lazim digunakan dalam buku-buku shorof.

Pada awalnya kalimat isim (kata benda) bersifat mu’rob (berubah karena amil) namun selanjutnya ada beberapa kalimat isim yang keluar dari aturan baku, yakni bersifat mabni (tetap bukan karena amil atau I’lal) karena ada satu keserupaan dengan kalimat huruf (yang bersifat mabni).

7. Klasifikasi isim mabni

Sebelum pengklasifikasian isim yang mabni berikut akan dipaparkan terlebih dahulu sebab-sebab isim tersebut dikategorikan sebagai isim mabni.

1) Syibh wadh’iy

Keserupaan ini adalah pada asal muasal pembentukan isim. Dalam bentuknya, isim ini ada terdiri dari satu huruf, dua huruf, tiga huruf, empat huruf atau lebih, serupa dengan kalimat huruf yang terdiri dari satu, dua huruf, tiga huruf, empat huruf atau lebih. Yang masuk kategori syibh ini adalah isim dhomir.

Contoh: ه, تَ, تِ, تُ,كَ, كِ, يْ, serupa dengan kalimat huruf: بِ, وَ, تَ,

هو, هم, هي, ها, تم, نا serupa dengan kalimat huruf: في, من, عن

هما, هنّ, أنتَ, أنتِ, أنا, نحن, كما, كنّ serupa dengan kalimat huruf: آيْ, أجلْ, بلى, جَيْر, نعمْ

أنتم serupa dengan kalimat huruf: حتّى, لولا, لكنّ

انتما, أنتنّ, أيّاكَ, إيّاكِ, إيّاي, إيّاه serupa dengan kalimat huruf: لَكنّ dan sebagainya.

2) Syibh ma’nawiy

Keserupaan ini ada pada makna isim. Yaitu maknanya isim serupa dengan maknanya kalimat huruf, baik yang wujud (makna yang serupa tersebut bersifat konkrit dan dapat dikenali) ataupun tidak (tersirat dan hanya dapat diperkirakan).

a. Makna isim yang serupa wujud (sifatnya konkrit dan dapat dikenali). Yang termasuk kategori ini adalah isim istifham (kata tanya) dan isim syarat. Contoh:

متى تقوم؟ kapan kamu berdiri?, kata متى ini serupa dengan maknanya أ huruf istifham: أتقوم؟ kapan kamu berdiri?

متى تقوم نقم jika kamu berdiri maka akupun akan berdiri, kata متى ini serupa dengan maknanya huruf إن شرطية (huruf syarat)

b. Makna isim yang serupa tidak wujud (tidak tampak dan hanya dapat diperkirakan). Yang masuk kategori ini adalah isim isyaroh (kata tunjuk). Contoh:

هذا, هذه, ذلك, تلك, هؤلاء, هنا dsb. Kata-kata ini (isim isyaroh) mengandung makna yang serupa dengan huruf yang tidak harusnya ada sebagai alat/ sarana untuk menunjukkan arti tunjuk namun dalam kenyataannya tidak ada (tidak wujud).

Makna isyaroh adalah termasuk makna huruf, karena pada umumnya segala makna mempunyai huruf untuk menegaskan makna tersebut, Misalnya makna nahi mempunyai huruf untuk merepresentasikan makna tersebut yaitu لا النهي. Begitu pula makna nafi mempunyai huruf untuk merepresentasikan makna tersebut yaitu ما النفي. Makna ta’kid (penegasan) mempunyai huruf yang merepresentasikan makna tersebut yaitu قد, dan seterusnya. namun khusus dalam makna isyaroh, makna ini tidak terwakili oleh suatu huruf.

3) Syibh isti’mali

Keserupaan ini ada pada segi penggunaannya (إستعمال). Yaitu isim ini dapat beramal seperti fiil namun tidak menerima atsar (objek) dari amalnya kata lain. Yaitu tidak seperti isim fail, isim maf’ul, masdar, isim sifat musyabbihah dan isim-isim lain yang dapat beramal seperti fiilnya namun juga dapat menerima atsar amalnya kata lain. Yang termasuk kategori ini adalah isim fiil. Seperti:

هَيْهَاتَ الْجَبَلُ, قَتَالٍ زَيْدًا

4) Syibh iftiqoriy

Keserupaan ini ada pada sifatnya isim yang membutuhkan eksistensi kata lain guna melengkapi dan mempertegas makna isim tersebut, hal ini serupa dengan kalimat huruf yang senantiasa membutuhkan kehadiran kata lain untuk menjelaskan maknanya. Yang termasuk kategori ini adalah isim maushul.

Contoh:

الذي, التي, الذين, اللاتي, اللائي, اللذان, اللتان dsb. Yang selalu membutuhkan shilah[13]

Namun dalam syarh al-Kafiyah al-Kubro, Ibnu Malik menambahkan dua lagi sebab keserupaan isim mabni, yaitu:

5) Syibh ihmali

Keserupaan isim dalam sifatnya tidak dapat beramal dan tidak menerima atsar amalnya kata lain. Seperti isim-isim pembuka (fawatih al-suwar) surat dalam Al-Qur an: الم, ن, ق, طسم

6) Syibh lafdzi

Keserupaan isim yang secara lafadz mirip dengan huruf. Seperti حاشا yang isim mirip dengan حاشا yang huruf.

Secara teringkas, dapat diketahui bahwa isim-isim yang termasuk dalam kategori isim mabni adalah:

a. Isim dhomir

b. Isim syarat

c. Isim istifham

d. Isim isyaroh

e. Isim fi’il

f. Isim maushul[14]

g. Isim-isim suara

h. Isim a’lam

i. Sebagian dhorof

j. A’lam yang berakhiran eih

k. Bilangan 11 sampai 19 kecuali 12[15]

----------- Wallahu a’laamu bi al-showab -----------



[1] A. Shohib Khoironi, Audhoh al-Manahij, (WCM Press; Jakarta, 2008), hlm. 14

[2] Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Alfiyyah, (terj.) dari judul asli Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil, (Sinar Baru Algesindo: Bandung, 2006), hlm. 2; bisa dilihat pula di Ibnu Aqil (Dar el-‘Abidin: Surabaya, t.t.), hlm. 3

[3] M. Sholihuddin Shofwan, Maqosid al-Nahwiyyah, (Jombang: Dar el-Hikmah, 2006),hlm. 18

[4]Ibid

[5] Shohib, Op. Cit., hlm.16

[6] KH. Abdul Bashir Hamzah, al-Muhimah al-Bahiyyah fi Tarjamah Alfiyyah Ibn Malik, (Pustaka Alawiyah: Semarang, 2006), hlm. 17-20

[7] Kawakib al-Dhurriyah I, hlm. 8

[8] Hasyiyah Hudhori I, hlm. 20

[9] Bahrun Abu Bakar, Op. Cit., hlm. 5

[10] Ibid, hlm. 6

[11] Shohib, Op. Cit., hlm. 62

[12] Bahrun, Op. Cit., hlm. 11

[13] M. Sholihuddin Shofwan, Maqosid al-Nahwiyyah, (Jombang: Dar el-Hikmah, 2006),hlm. 32-34

[14] Ibid, hlm. 34-35

[15] Shohib, Op. Cit., hlm. 62

1 komentar: